a journey
(Kalau Anda tertarik tulisan ini, Anda mungkin bisa membaca tulisan ini juga: “Ayo menghakimi” :
https://krisnanda.wordpress.com/2015/10/26/ayo-menghakimi/)
12 hal bodoh yang dulu gw percaya dalam perjalanan kekristenan gw.
Beberapa masih susah dihilangkan dari prinsip hidup gw karena sudah tinggal di otak gw selama bertahun-tahun. Beberapa hal bodoh ini mungkin juga nantinya terbukti tidak bodoh since I have high probability to be wrong again. Who knows? But for now, I think they are stupid. Dan maaf kalau banyak kata2 keras (moron contohnya) di tulisan ini. It just tells me how moron I could be. :p
Disclaimer: Hal-hal dibawah ini menurut gw BUKAN-lah ajaran kekristenan, tetapi sesuatu yang gw (dan mungkin beberapa orang Kristen lain) somehow salah mengerti dalam perjalanan kekristenannya. So please don’t get me wrong. I don’t say that ALL Christians believe in these lies. You can always ping me at yoelkrisnanda (at) gmail (dot) com
1. Kalau orang Kristen pasti harus healthy, wealthy, and happy dan sukses di market place
Ini jualan paling laku di mimbar gereja. Ditambah bumbu-bumbu iman dan menjadi berkat. Kalau emang konsep ini benar, kedua belas muridnya Yesus atau Paulus mungkin tidak qualified untuk jadi orang Kristen. Paulus punya sakit yang ga hilang-hilang dan terdampar di perahu. Healthy mananya? Petrus meninggal dengan disalib terbalik. Happy mananya? Yesus perlu mancing dulu buat dapeting uang buat bayar pajak. Wealthy mananya? Memotivasi orang untuk menjadi happy, healthy, dan wealthy adalah baik. Tapi kata-kata “harus” dan “semua” adalah racun. Kasihan kalau misalin ada jemaat yang ga kaya dan sakit, nanti ada perasaan bersalah dalam mereka. “Did I do something wrong?” “Apakah gw kurang tekun dalam menjadi orang Kristen? Itu katanya gw cuman harus percaya dan semua orang Kristen punya hak untuk menjadi kaya dan sehat. Katanya kita anak Raja yang kaya, jadi tinggal minta pasti dikasih”. Moron!
2. Iman bisa memperbaiki segalanya
Penggemar setia Joseph Prince, Joyce Meyer, Joel Oesteen, dan mungkin Oprah Winfrey (:p) biasanya tidak akan asing dengan konsep ini. Seakan sebagai mantra, orang Kristen sering memakai “Iman” sebagai solusi untuk semua masalah. Ketika menghadapi saudara sakit, ingin lulus ujian, ingin dapat kerjaan, masalah rumah tangga, masalah keuangan, dan masalah-masalah lainnya, mantra yang sering dipakai adalah “kalau kita punya Iman, Tuhan pasti bekerja”. Gw ga tau konsep ini dari mana, yang pasti gw ga yakin Yesus ngajarin ini.
Iman bukanlah mantra untuk memperbudak Tuhan untuk melakukan apa yang ingin kita kehendaki. Iman sering disalah-artikan sebagai positif thinking, yang nantinya juga dibumbu2i dengan mantra visualisasi (“Bayangkan saja, Imani saja kalau ayah kamu yang kanker pasti akan sembuh”). Yang sering terjadi justru orang lebih punya iman kepada “konsep Iman” itu sendiri daripada ke Tuhannya. Efek buruknya kalau gw percaya bahwa iman sebagai mantra untuk semua masalah gw bisa hidup asal-asalan, percaya buta, dan harapan palsu. Pokoknya percaya aja! Bayangkan, perkatakan kesehatan kemakmuran dan kelimpahan dalam hidupmu! Percayai saja! Punyai Iman!
Kata-kata penina-bobo ini tentu saja disukai banyak orang ketika dikhotbahkan di gereja. Efek lebih buruknya lagi adalah ketika kenyataan datang. Ayah yang terkena kanker akhirnya meninggal. Masalah keuangan akhirnya menyita rumah satu-satunya. Dikeluarin dari kampus karena ga lulus-lulus. Karena terlanjur percaya abis ama “Iman”, ketika hal yang diharapkan jauh dari kenyataan, yang terjadi adalah kekecewaan berat. Kekecewaan akan Tuhan dan mungkin malah sekalian meninggalkanNya. Semua karena tipuan tukang jualan obat di mimbar gereja yang bilang kalau Iman adalah obat untuk semua masalah di dunia ini.
3. Everything happens for a reason
Menurut gw ini mantra paling menjengkelkan. Coba lu masuk ke ruangan ICU yang ada keluarga sedang menangis karena ayahnya meninggal dikarenakan AIDS. Trus lu bilang ke mereka dengan motivasi menenangkan “Tenang aja. Everything happens for a good reason…”. Did you just say that God caused this lost and they should be fine with it? Talk to my hand!!!
No! Ada banyak hal yang terjadi yang bukan Tuhan yang bikin dan bukan terjadi untuk tujuan tertentu. Banyak hal buruk terjadi ya karena emank kita tinggal di fallen world. Bencana pesawat jatuh, Tsunami, sakit penyakit, dsb pasti bukan dirancang secara khusus oleh Tuhan untuk tujuan tertentu. Perkataan ini mungkin motivasinya bagus, tapi menurut gw super ngaco. Ketika gw sedang dapat bencana, I must deal with it. Mungkin emang gw harus berduka dan bersedih untuk beberapa saat, bukannya menyangkali atau mencari ketenangan palsu dengan berharap kalau ini terjadi karena Tuhan punya maksud tertentu buat hidup gw.
Kalau gw nyontek waktu ujian, trus dapat nilai nol, this thing does not happen for a reason! This thing happens because I am stupid and not honest! Emank Tuhan bikin lu buat nyontek? For a good reason? No!
Mantra ini jadinya bikin kita ga proper menghadapi kesalahan atau dosa. Kalau misalin ada anak pendeta yang ditangkap polisi karena ngegelapin uang jemaat, trus banyak jemaat berusaha mengelus dada “everything happens for a (good) reason. Pasti ada maksud Tuhan dalam kejadian ini”. Damn no! Someone is sinning and stealing and God does not cause this for a reason. We just need to deal with it properly.
What I really want to say is that not all things happen because of God’s handwork and not all things will lead for happy endings. Some bad things happen because the nature of our fallen world, our fool decision, or our sins. This is an important message since the belief that God is the direct cause of everything that happens has the potential to produce great spiritual harm: anger at God, glossing over sin, irresponsibility, and misplaced hope. God’s sovereignty is undeniable and he does permit things happen. He can also always turn a bad thing to be a good thing but we should not judge that all the painful events in our life are resulted from God’s orchestration. Some of those, he is planning to use and some of them, he will overcome only in eternity.
4. Kalau beda ama gw pasti sesat dan harus dikristenkan
Kalau yang ga berbahasa roh berarti ga ada roh kudusnya. Kalau ga dibaptis selam berarti belum dibaptis. Kalau ga ikut apa kata pak Stephen Tong berarti teologinya ngaco. Kalau ga Sola Scriptura berarti bukan Kristen.
Menurut gw dalam Kristen ada major dan minor theology. Dalam major theology kita percaya konsep Tritunggal, perjamuan kudus, Alkitab, Yesus sebagai Tuhan, surga, neraka, pengadilan akhir hidup, dosa asal, dsb. Inilah yang menyatukan orang Kristen di seluruh dunia. Penyimpangan akannya barulah bisa dikatakan sebagai bukan Kristen atau bidat.
Nah sisanya kebanyakan adalah minor teologi seperti karunia roh kudus, tata cara baptisan, konsep penciptaan, tata cara perjamuan kudus, hari sabat dll yang berbeda-beda tafsirannya di berbagai macam aliran Kekristenan. Banyak orang Kristen jadi super radikal untuk urusan minor teologi ini, melebihi kepercayaan mereka akan Tuhan Yesus. Berargumen tentang pandangan mana yang benar adalah sah-sah saja tapi yang paling menjengkelkan kalau udah saling menyesatkan, ngotot merasa paling benar, dan jadi nya mau menkonversi aliran lain untuk ikut ke alirannya. Moron indeed.
5. (Karunia) Roh Kudus yang palsu atau violate major theology/Bible
Poin ini mungkin nampak berlawanan dengan poin yang gw sebutin nomer 4. Seperti gw menjilat ludah sendiri. But let’s hear my arguments:
Some Christians are st*pid, ins*nsitive, and big*t kalau udah berhubungan dengan karunia Roh Kudus. I may not know all things about it but some of them are just ridiculous. Setelah jatuhnya pesawat Air Asia, banyak temen2 Kristen yang share berita seorang pendeta yang membuat nubuatan (ramalan) tentang jatuhnya pesawat ini. Do you really believe this? Sayangnya orang jarang mencari fakta dulu sebelum menshare. Google dikit aja udah ketauan tipuan seperti apa ini. Trus apa tujuannya nyebarin video ini setelah kejadian? Mau nunjukkin kalau orang kristen bisa jadi dukun? Yang ada kita jadi bahan tertawaan satu Indonesia…
Contoh lain misalin ada gereja besar di Surabaya yang gila-gilaan pada Benny Hinn, ngundang dia untuk bikin KKR besar2an di Manado/Surabaya karena dia dipercaya bisa nyembuhin orang, dll. I am fine with differences in minor theology, we can discuss about it. But if the minor theology is super stupid or violates the major theology then our alarm should ring. Kalau saja orang Kristen mau do their homework and just do small research, we can know what kind of person Benny Hinn is. Perkataan2nya di kotbah2 dia (yang ga mungkin diedit) tersebar di youtube, bagaimana dia percaya kalau Tuhan itu ada sembilan (setiap trinitas adalah trinitas juga), nubuatan2 kiamat yang ngaco semua, dan praktek2 tipuan penyembuhannya. Untungnya yang ditipu ama penipu ini kemarin ini ya orang2 yang tajir di Surabaya sana. I don’t care if he robbed their money. Tapi gw kasihan aja sebagai sesama Kristen, gimana orang ini bisa dikadalin ama penyembuh gadungan. Ditambah lagi lebih ngenesnya, ada banyak laporan bagaimana Benny Hinn bikin orang2 Afrika sana makin miskin karena KKR2 yang dibikinnya di Afrika (dimana dia meminta sumbangan besar dengan janji2 bahwa iman akan menyembuhkan penyakit mereka).
Nah dua contoh diatas adalah sample dari betapa orang Kristen (gw) bakal jadi super lengah and gampang dikibul2in kalau udah berurusan ama “Roh” atau hal supranatural. Karena susah mencari standard kebenarannya. Ada orang bikin documenter tentang bagaimana seorang instruktur selam yang atheis bisa ditraining untuk menjadi faith-healer dalam seminggu dan ketika diterjunkan di mimbar2 gereja, orang2 Kristen juga percaya aja, menangis sesenggukan mengharapkan bantuan dari faith healer ini.
Contoh lain yang lagi ngetrend di Indo. Video kesaksian jemaat gereja tertentu yang karena efek minyak dan anggur, mereka luput dari kecelakaan Air Asia. Are you kidding me!!!!!! Pertama yang bikin and share video ini kurang sensitive dan wicked, kedua yang percaya ama mereka are moron.
Contoh lain lagi ketika orang berdoa yang super nge-roh. Gini nih contohnya “Saya melihat ada awan-awan gelap ketika saya berdoa, Tuhan berkata pada saya bahwa akan ada serangan dari Iblis yang akan menyerang acara retret kita. Mari kita tengking untuk menangkis serangan ini.”
Atau…seorang worship leader yang berkata
“Saya merasa Tuhan berkata bahwa ada beberapa orang di ruangan ini yang sedang sedih hatinya. Mereka sedang meninggalkan Tuhan karena beberapa alasan…”
Hallloooooo???? Do you really hear it from God??
Orang-orang ini sedang berusaha mendapatkan otoritas untuk berbicara agar orang-orang lebih percaya pada dia. Kata saktinya adalah “Tuhan berkata..” “Saya percaya Tuhan menginginkan…”
Kenapa ga dibikin simple aja sih.. sepeti “Ayo kita berdoa supaya acara retret berjalan dengan lancar” Titik. Ga pake bumbu-bumbu cerita Nyi Roro Kidul atau Genderuwo. Ga pake membawa otoritas Tuhan sebagai banner kita. Kalau emang kita bener2 tau Tuhan mau ngomong apa atau Tuhan mau bilang apa ya gpp, terserah aja. But please be careful when using these words,
6. Hati Nurani adalah kompas yang sempurna
“Kalau rasanya damai sejahtera pasti dari Tuhan”. Hell no! Coba nih bikin eksperimen. Bawa orang dari gereja non-karismatik ke ibadah karismatik untuk pertama kalinya. Ketika semua orang mulai berbahasa roh, coba kita tanya ke itu orang “Berasa damai sejahtera ga?”. Pasti kebanyakan jawabnya ga. La wong denger orang triak2 kaya orang gila gitu. Trus apakah kesimpulannya Bahasa roh atau gaya ibadah gereja karismatik bukan dari Tuhan? Ga juga kan.
Hati nurani dan damai sejahtera ga bisa dipakai buat alarm lampu merah yang mutlak. Hati nurani ga akan selalu berdering ketika kita melanggar perintah Tuhan, tapi ia akan berdering kalau kita melanggar standard hidup kita (yang dibangun bertahun-tahun). Coba untuk orang Kristen yang bertahun-tahun buang sampah sembarang, mencontek, dan ga bilang terimakasih, kalau ditanya apa damai sejahtera waktu ngelakuin itu? Ya damai-damai aja. La wong emang standar hidupnya dari dulu gitu.
Lebih jelek lagi, hati nurani bukanlah lampu ijo yang bagus, “Gw damai sejahtera nih buat ambil kuliah sastra bahasa Peri kayanya Tuhan mau gw kuliah jurusan ini”. Ya itu karena lu suka Lord of the Rings aja kaleee. Ujung2nya ntar lu kecewa lulus ga ada kerjaan kecuali main cosplay jadi Legolas.
Hati nurani atau damai sejahtera adalah lampu merah yang ngaco dan lampu ijo yang sangat buruk. Walau ia masih bisa dipakai sebagai lampu kuning alarm.
7. Tunduk pada otoritas Gereja secara buta
Pendeta, pastur, apalagi institusi gereja semuanya masih memijak di tanah. Semuanya bisa bikin kesalahan. They can preach wrong unbiblical message or even sins. Kepercayaan mutlak pada pendeta dan gereja sering didengungkan dengan slogan “Harus taat dengan otoritas gereja/pendeta/kakak rohani karena mereka adalah perwakilan Tuhan” sangat beracun. Everything should be taken with a grain of salt. Banyak senjata yang bisa dipakai untuk menguji jualan mereka di mimbar seperti Alkitab, hati nurani, logika, konsep teologi lain, dan norma. Bisa ditriangulasi untuk menghindari kepercayaan mutlak kita pada orang-orang yang masih menapak di tanah. Sayangnya banyak orang Kristen (gw) yg percaya ama apa aja yang diomongin di gereja. Ga pernah bertanya “Is it really true what he is speaking now?”
Pernah suatu ketika, gw di sebuah gereja di Indonesia, ada pendeta yang berkotbah tentang bagaimana asisten rumah tangganya yang bisu tuli akhirnya berbicara karena “mukjizat Tuhan” dengan cerita yang bombastis dan dramatis. Somehow alarm gw berdering. Di akhir ibadah gw deketin pendetanya and nanya “Wah pak cerita tentang asisten rumah tangganya sangat menarik. Boleh saya minta nama atau nomor telpon atau alamat rumah orang itu? Saya tertarik untuk mewawancarai atau membuat tulisan tentangnya.” What did he answer? Of course he became so nervous and gave me nothing.
8. Merokok, mengganja dan minum alkohol adalah Dosa
Bagi sebagian besar gereja di Indonesia, rokok dan alcohol adalah big No No. Kesannya kalau orang pakai dua hal itu bisa lebih berdosa dari koruptor pengadaan Alkitab.
Mengganja di daerah yang illegal secara hukum (di Indonesia misalnya) memang dosa tapi kalau pake legal weed (bukan narkotika lainnya) di Seattle atau Amsterdam sana menurut gw sah-sah aja. Perlu ditekankan yang gw maksud di sini spesifik ke ganja bukan narkotika lain. Dimana di sebagian tempat (Belanda, Washington, dll) memakai ganja secara bertanggung jawab sudah diperbolehkan karena terbukti tidak membuat orang addicted/menganggu kesehatan.
Merokok apalagi minum alcohol secara bertanggung jawab juga biasa-biasa aja. Pertanyaan yang lebih esensial menurut gw adalah “Penting ga dilakuin? Bodoh ga dilakuin? Berguna ga buat gw?” bukan “Dosa atau ga yah merokok?”
9. Tuhan (menghukum/menguji) dalam bencana/masalah
Ini sering dipakai sebagai standar ganda. Kalau yang kena bencana/masalah orang Kristen taat bilangnya Tuhan menguji. Tapi kalau yang kena bencana/masalah orang berdosa bilangnya Tuhan menghukum. The truth is we don’t know! Kalau emang Tuhan selalu bereaksi dengan hukuman akan dosa maka San Fransisco dan Amsterdam udah jadi abu dari zaman kapan-kapan. Banyak hal terjadi emang karena alam, nature dosa dunia, dll. Dan kita ga punya hak untuk men-judge apa maksud Tuhan (jika ada) di belakang itu.
10. Gereja yang banyak jemaatnya (atau bertobat / mengenal Yesus) pasti benar
“Liat aja buahnya. Kalau banyak orang yang jadi mengenal Yesus di gereja itu, ga mungkin sesat donk”. Gw ga percaya konsep majority owns the truth. Keputusan orang untuk bertobat dan tertanam dalam sebuah gereja bisa dipengaruhi oleh banyak factor seperti: pendeta yang ganteng dan lucu, banyak cewek cantik single di ibadah pemuda, suasana penyembahan yang remang-remang yang menaikkan atmosfer pengenalan akan Tuhan, dsb. Ada banyak contoh megachurch-megachurch di Amerika yang runtuh dan akhirnya ketahuan kalau mereka violate major theology yang dipegang teguh orang Kristen secara umum. Yang banyak atau punya banyak belum tentu benar.
11. Tuhan punya rencana yang detail untuk hidup kita
Gw ga percaya Tuhan punya rencana detail tentang gw harus kuliah apa, kerja apa, menikah ama siapa, hari ini harus makan siang apa, besok harus beli baju warna apa, atau apa yang harus gw tulis dalam tulisan ini. Orang Kristen (termasuk gw) seringnya males-malesan, berharap Tuhan seperti sutradara yang punya script lengkap, dialog lengkap untuk setiap adegan dalam hidup kita. Yang gw percaya Tuhan cuman ngasih peraturan dalam hidup kita yang memberi fleksibilitas dan kebebasan yang besar dalam hidup which is His Bible. Di keputusan-keputusan “besar” seperti akan kuliah dimana, menikah dengan siapa, kerja dimana, punya anak kapan, konsep Tuhan punya rencana yang detail bisa memabukkan. Karena ujung2nya bisa jadi kaya perdukunnan sembari melupakan hal yang esensial yaitu arahan untuk bagaimana hidup di dunia ini melalui Alkitab.
Orang Kristen (gw) dengan gampangnya bilang “Tanya Tuhan dulu Dia mau gw kuliah dimana” tapi ketika disuruh nyebutin apa aja sepuluh perintah Allah, bisa-bisa ga tau. Bukankah ironis? Keputusan-keputusan besar dalam hidup kita belum tentu lebih penting daripada ketaatan kita setiap hari akan perintah Tuhan. Doa tiap hari buat minta wangsit tentang harus pindah kerjaan kemana, tapi di kerjaan yang ada sekarang malah seenaknya. Tempat awal untuk tau apa mau Tuhan buat hidup kita (bukan rencana detail), gw yakin ya dengan melakukan apa yang diperintahkannya (yang semuanya ditulis di Alkitab).
12. Tidak minta transparansi dalam pengelolaan keuangan Gereja
Dosa dalam manajemen gereja biasanya tidak jauh-jauh dari tiga hal: kekuasaan, uang, dan wanita (atau pria). Untuk menanggulangi urusan yang pertama dan kedua menurut gw transparansi keuangan gereja harus dibuka lebar. Sayangnya gereja jarang membuka lebar hal ini. Jemaat diajak untuk setia dalam perpuluhan, persembahan, dan pelayanan tapi mereka tidak tahu bagaimana uang jemaat dikelola. Yang terjadi malah skandal-skandal pengelolaan uang seperti di gereja besar di Surabaya atau Singapura.
Gw percaya profesi/panggilan pendeta bukanlah sesuatu yang ece-ece. Mereka berhak mendapatkan kehidupan yang layak atau bahkan di atas rata-rata karena pekerjaan mereka tidaklah gampang. Pendeta berhak untuk membaca dan membeli banyak buku, memberikan pendidikan terbaik (termahal) untuk anak-anaknya, berjalan-jalan traveling ke luar negeri, dll. Tentu saja semuanya disesuaikan dengan keuangan gereja, kewajiban dan rata-rata pendapatan jemaat mereka. Yang terpenting adalah transparansi dan audit. Gereja harusnya menyewa auditor keuangan eksternal dan mempublish data laporan keungan gereja. Jadi pendeta ga bisa seenak-udelnya mengatur budget gereja. Bukannya gw berprasangka buruk ama gereja. Tapi pendeta masih manusia and we should not tempt them to do sin. And we have the right to know how our money are managed, distributed, and shared to others.
(Kalau Anda tertarik tulisan ini, Anda mungkin bisa membaca tulisan ini juga: “Ayo menghakimi” :
https://krisnanda.wordpress.com/2015/10/26/ayo-menghakimi/)
PS: Several people told me that my language in this writing is too vulgar. Some people are also offended. People also told me that my tone implying that I want to say that I am the right one. The one who knows and owns the truth. I am really sorry about that, did not mean anything like that. This writing is a story about who I am and who I was, what I am used to believe. Everytime I write “moron”, it is like I shouted to my self “Yoel, you are (were) moron for believing this.”. So please don’t be offended. Again, it is about how moron I could be… Not others.. Will try to make my language tone better for my future writings. :p
Some people also told me to not judge others. To not criticize what I am thinking as wrong. Instead I should pray and just “be a good Christian”. Let say for years I and some of my best friends believe that stealing is the legal way to make living. Is it a wrong move to write “10 things why stealing is not a good thing to do”? Or do you think it is better if I just smile to my best friends and just pray?
Some people also thought that I am such a bitter ex-christian. Hahahah. Finally I can feel what Jokowi might feel when his own Moslem people judged him as kafir. :p When you visited me in Germany, we can go to church together buddy! For the last 26 years of my life, everytime I moved to a new city, I always tried to find a local church where I can be planted and serve, all of them are evangelical and charismatic church (which somehow I feel the most comfortable for me), except one reformed church when I was living in Seattle. So far there are 5 churches that I can call them as home since I have been living in 5 different cities). This post does not suggest you to leave a church nor its people. Hang in there! Church and its people (including me) are far from perfect and need to be sanctified every day and based on my experience we do still need them to grow in Christ. Since I love His churches, that’s why I wrote this post. If I am such a bitter Christian, I wouldn’t waste my time to write this long post and just join the coolest Pagan worshippers in my town. :p
Changed the title as was suggested by someone to make it less vulgar…
For the comments, I tried to approve most of your comments, although some of them are just ridicilous. Unfortunately many of them are also ad hominem, responding to arguments by attacking a person’s (which is me) character, rather than to the content of the arguments. So hopefully you don’t do this logical fallacy and trash the comments section. I also won’t be able to comment to all of your comments too. Too many of them. Sorry about it and thanks for writing the (good) comments!
——– end of the original post ——
12/1/2015/ 10.24 PM
I added below section to answer some of the comments that I received since I could not answer all of the comments. Most of the questions are ad hominem but I think I need to answer those to make people less misunderstanding the motivation or the objective of this post.
Mengapa nada tulisan Anda kasar?
Saya tidak berpikir bahwa tulisan yang saya buat di waktu senggang sehabis kantor empat hari yang lalu akan menjadi viral di internet. Tulisan itu sebenernya lebih sebagai jurnal santai saya, sama seperti beberapa tulisan-tulisan lainnya yang bernada santai (memakai “gw” dan “lu” dan bahasa yang memang ada di benak saya) yang bisa banyak Anda temui di blog saya. Karena itu saya tidak terlalu memakai filter dalam perkataan-perkataan saya. Saya pikir, tulisan ini tentang saya, tentang pengalaman kekristenan saya, karena itu saya bebas “mengutuki” hal-hal yang dulu (atau bahkan sampai sekarang) masih saya percayai. Berbeda dengan tulisan yang memang sedari awal saya tujukkan untuk khalayak umum seperti surat terbuka ini yang saya tulis pada masa kampanye dulu. Jika Anda membaca tulisan itu maka Anda akan merasa perbedaan tone dengan tulisan ttg 12 hal bodoh yang saya percaya.
Saya mengakui bahwa mungkin cara menulis saya kurang bijak dalam tulisan ini. Walaupun saya mengatakan bahwa tulisan ini tentang perjalanan pribadi saya, ketika itu sudah diterbitkan di ranah publik, saya harus memikirkan juga efek buruk gaya bahasa saya bagi para pembaca.
Ada tiga pilihan yang bisa saya lakukan: menghapus tulisan ini, meng-edit gaya bahasa saya di tulisan itu, atau membiarkannya begitu saja. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya pilih opsi ketiga.
Apakah Anda kecewa dengan Gereja (secara umum)?
Tidak. Sepengetahuan saya, saya cukup bisa membedakan antara “oknum” dan tubuh gereja secara universal. Jika Anda meneliti tulisan saya lebih detail, saya tidak pernah memeberikan statement-statement seperti “semua gereja mempraktekkan karunia RK yang palsu” atau “semua gereja itu hanya ingin mencari uang dari jemaat”. Dari lima gereja lokal yang saya pilih untuk tertanam dan bertumbuh, saya percaya mereka semua bukanlah gereja yang sempurna. Namun mereka juga adalah Jesus-centered and Bible-believing churches, dimana saya belajar untuk mengenal Kristus dan membangun hubungan yang pribadi dengan mereka. Namun di sisi lain saya beruntung mempunyai kakak-kakak rohani/ pastor / komunitas kecil yang hampir dalam setiap kesempatan tidak pernah melarang saya untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang mungkin masih sensitif untuk dibicarakan di Gereja.
Dari tulisan2 Anda, tampaknya Anda antipati terhadap gereja karismatik secara umum?
Sampai sekarang, 4 dari 5 gereja lokal dimana saya memilih untuk tertanam adalah gereja dengan style karismatik atau evangelical. Somehow saya merasa paling nyaman dengan gaya gereja-gereja ini. Gereja dimana saya tertanam sekarang juga jika lebih cenderung ke gaya karismatik. I do also believe in the works of Holy Spirit and its activities now and speak in tounges (tadaaa.. Several reformed people will start to judge me after this. :p ). Jadi jelas saya tidak antipati dengan gereja Karismatik.
Apakah dengan pengalaman Anda, Anda meninggalkan Gereja (atau Yesus atau kekristenan)?
Tidak. Sampai sekarang masih tidak untungnya. J Yesus cukup menjagai hidup saya sampai sekarang. Dengan pemikiran seliar apapun, selalu ada komunitas orang percaya dan gereja yang mendukung pengenalan saya akan Kristus. Hubungan saya dengan gereja mungkin lebih seperti hubungan keluarga, dimana saya sama-sama tahu boroknya tapi sama-sama tahu kalau saya masih membutuhkannya.
Lalu kenapa pernyataan-pernyataan Anda terlalu keras dan seperti benci terhadap Gereja (atau kekristenan)?
I am sorry if that is how you feel when you read my post. I just tried to be honest with my self. Beberapa pernyataan saya mungkin tampak seperti blanket statement yang menggeneralisir semua gereja. Bukan itu maksud saya. Penyimpangan atau hal-hal yang menurut saya bodoh tentu saja terjadi here and there dan hanya berbasiskan apa yang pernah saya lihat, alami, baca, dan rasakan.
Kenapa Anda seperti menghakimi? Kenapa tidak fokus pada hubungan personal Anda sendiri pada Tuhan?
Blog ini sudah berdiri selama 6 tahun. Sesekali saya menulis tentang gereja dan kekristenan, karena memang saya ada di dalamnya. Beberapa tulisan di bawah ini saya tulis dalam 6 tahun terakhir dan berhubungan dengan apa yang saya anggap penting di dunia kekristenan saya.
Heuristik pengkotbah gadungan, The book of Job, Kristen-porno-again, Rokok dan Alkohol, politik dan gereja anak muda, Gerejaku putih sekali.
Saya percaya kalau setiap orang berhak mengutarakan pendapatnya. Penulis-penulis Kristen seperti Calvin, Luther, CS Lewis, Philip Yancey, Wayne Grudem, John Piper, dan penulis-penulis lainnya juga menuliskan apa pendapat mereka terkadang tentang hal-hal yang sensitif dalam kekristenan seperti “Where is God when it hurts?” karangan Yancey. Lalu apakah serta merta kita harus bilang ke mereka juga “Jangan menulis! Urusi hidup mu dulu!”. Saya tidak juga mengatakan bahwa saya sudah sama mengertinya tentang Yesus, atau sama kudusnya, atau sama pintarnya dengan mereka. Namun saya percaya bahwa sebagai orang Kristen, kita juga berhak mengutarakan pendapat tentang sesuatu yang kita saya sayangi baik itu institusi gereja, praktek2 di gereja, dan kekristenan secara umum. Jika orang dituntut hanya harus diam dan berpusat pada hubungannya sendiri dengan Tuhan, menunggu sampai kudus baru berani mengutarakan pendapat maka tidak ada (atau sedikit) buku2 tentang kekristenan yang bisa kita baca hari-hari ini.
Apakah tulisan Anda tidak akan menjadi batu sandungan bagi banyak orang? Terutama bagi orang non-Kristen, mereka akan berpikir bahwa orang Kristen adalah (blank…isi sendiri)?
Sulit untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat senang semua pihak ataupun hanya memberikan dampak positif saja. Ada dua pilihan buat saya dalam menyikapi “praktek2” kekristenan yang menurut saya melenceng dari ajaran Yesus. Yang pertama adalah menutup-nutupinya dan diam. Agar tidak ada riak kontroversi dan citra kita bagi umat non-kristen agar terjaga. Pilihan yang kedua adalah menyatakan penyimpangan-penyimpangan itu dan berusaha memperbaikinya. Saya memilih pilihan yang kedua. Jalan yang lebih berisik namun menurut saya lebih bermanfaat. Memang kamu memperbaikinya dengan menulis racauan seperti ini? Saya percaya bahwa langkah pertama dari sebuah perubahan adalah menunjukkan dan mengakui kesalahan “we were wrong”. Karena menurut saya sebuah penyimpangan tidak boleh ditutup2i dan tidak bisa berharap waktu dapat memecahkannya sendiri.
Respon kita dalam menanggapi praktek2 penyimpangan lah yang justru bisa menunjukkan bagaimana kedewasaan umat Kristen. Semoga orang bisa menangkap bahwa yang sedang berusaha saya kritisi adalah paradigma praktek2 kekristenan bukan ajaran kekristenan itu sendiri. Yesusnya tidak pernah salah dan major teologi Kristen tetaplah berdiri teguh, namun kita para pemeluknya lah yang seringkali membuat kesalahan.
Selain itu, di atas setiap ketidaksempurnaan gereja dan praktek-praktek kekristenan, kita masih bertahan, menyembah Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Bukankah ini sesuatu yang indah? It can show to the world that there is something precious in this religion that make its people still love Jesus in the midst of every churches’ imperfectness.
Karakter utama seseorang akan terlihat ketika ia dalam kegelapan, ketika ia dalam keadaan paling sulit dalam hidupnya. Kedewasaan umat Kristen akan terlihat ketika ia berada di keadaan yang paling tidak mengenakkan.
Anda menyebutkan tentang rokok, ganja, dan alcohol. Tidakkah terlalu berbahaya untuk mengatakan bahwa menggunakannya adalah tidak dosa?
Dalam tulisan saya, saya tidak pernah menganjurkan orang untuk memakai ketiga hal ini. Yang sedang saya kritik adalah pendapat saya dulu bahwa menggunakan ketiga hal ini adalah dosa. Meminum alcohol secara bertanggung jawab adalah hal yang biasa dan sama sekali bukan dosa menurut saya. Bahkan ada beberapa pendapat yang mengutarakan bahwa meminum anggur satu dua gelas dalam satu minggu justru baik untuk kesehatan. Di sebagian gereja di Barat, perjamuan kudus juga menggunakan anggur (bagi yang umurnya sudah mencukup tentunya).
Untuk rokok, memang hal ini cukup sensitif. Banyak orang memakai ayat “tubuhmu adalah Bait Allah” untuk menjustifi bahwa memakai rokok adalah dosa. Secara pribadi saya tidak mau mengatakan bahwa memakai rokok adalah dosa dengan menggunakan pemahaman ini. Jika benar, apakah berarti juga memakan daging merah, makanan dengan msgs, kopi, makanan di pinggir jalan yang kurang higienis, tinggal di kota yang terpolusi (seperti Jakarta) juga adalah dosa? Karena semuanya juga akan merusak tubuh Anda? Saya mungkin setuju jika orang tidak merokok karena alasan kesehatan atau tidak mau asap rokok mereka mengganggu orang lain. Yang saya tidak setuju adalah menjustifi bahwa orang yang merokok adalah orang berdosa dan merokok adalah berdosa.
Untuk ganja. Beberapa komen salah mengerti dan menyamakan ganja dengan bahan-bahan narkotik lainnya. DI Indonesia ganja mungkin dikategorikan sebagai narkoba, namun seperti yang saya tulis, di beberapa negara dan state, ganja sudah dilegalkan karena terbukti ganja tidak menyebabkan kecanduan atau merusak kesehatan orang. Ada pertentangan yang mengatakan bahwa ganja bisa menjadi gerbang untuk mencoba narkoba lainnya. Mungkin benar. Tapi tidak serta merta menjustifi bahwa memakai legal weed di tempat yang memperbolehkannya adalah dosa.
Lalu apakah saya menyarankan untuk orang Kristen untuk memakai tiga hal itu? Tentu tidak. Kita mempunyai filter sendiri untuk menentukan mana yang baik untuk hidup kita. Saya tidak merokok, karena saya pikir merokok itu buang-buang uang dan bodoh saja karena merusak tubuh saya. Tapi saya minum minuman beralkohol here and there. Sekali lagi yang sedang saya kritik dalam tulisan saya adalah pendapat bahwa memakai tiga hal itu adalah dosa. Mengapa pendapat ini penting bagi saya? Dengan membuat statement bahwa memakai rokok, alcohol, dan ganja, saya sering jadinya mengganggap orang yang memakainya adalah orang yang kurang baik, berdosa, dll. Which is I think is not correct. We can’t and shouldn’t put any identity or stereotype for people who smoke or drink alcohol.
Apakah Anda sedang mengatakan bahwa semua yang Anda tulis adalah pasti/paling benar dan yang bertentangan dengannya adalah salah?
Tidak. Di awal sudah saya tulis dengan jelas bahwa I have high probability to be wrong again. Otak manusia terbatas dan saya tidak sedang berusaha ingin memahami semua isi otak atau kebesaran Tuhan Yesus. Jelas tidak mungkin. Yang saya percaya, kita dianugerahkan hati dan pikiran oleh sang Pencipta juga. Keduanya juga bisa dipakai untuk mengenal siapa Yesus juga. Dan apa yang saya tulis (kebanyakan) sebenernya lebih kepada praktek-praktek kekristenan yang kasat di depan mata. Yang tidak membutuhkan orang yang mempunyai Master in Theology, Filsafat, atau orang yang pernah mengunjungi surga untuk membuat penilaian dan berargumen terhadapnya.
Kalau 12 hal itu bodoh, kenapa Anda tidak memberi solusi?
Saya percaya bahwa perubahan karakter dimulai dulu dari pembaharuan paradigma. Tentu negasi dari ke-12 hal tersebut yang saya percayai sebagai hal yang bukan bodoh dan menjadi salah satu (salah-12) dari pegangan hidup saya dalam bergereja.
Saran untuk yang juga pernah ngalamin hal-hal bodoh seperti yang Anda alami?
Hang in there. Tetap setia di gereja lokal yang Jesus-centered and Bible-believing. Mau gimanapun we do need other Christians and Jesus also loves his churches.
Kamu harus baca Alkitab dulu lebih banyak deh sebelon berani koar-koar seperti ini? Kamu harus banyak doa deh kayanya sebelon berani menyerang gereja?
I do need to read it more. Musim liburan Natal kemarin, saya terlalu banyak travelling and have fun go mad. :p
I also do need to pray more. Since tonight I don’t pray and instead use my after-office time to read all of the comments, write this reply, and try to digest on how some people (Christians) can write those words :p
Itu fotonya foto apa?
Tas Herschel. Recommended buat traveling. 😀
Apakah Anda idiot, orang yang pahit, ingin mengadu domba umat Kristen, kebanyakan nonton Mario Teguh, orang dengan argumentasi yang payah, susupan dari umat agama lain untuk menghancurkan Kristen, orang yang sangat kecewa dengan Tuhan, atheis, agnostic, anthroposentris, antichrist, dll?
Beberapa label diatas dialamatkan ke identitas saya di komen-komen di bawah ini. Sengaja komen-komen ad hominem seperti itu tidak saya hapus just for freedom of speech’s sake. It is maybe wasting my time to defend myself and answer to all of those labellings. Maybe if you have any chance to visit Nuremberg. Please let me know, we can grab a coffee together and know each other more. :p